Maandag 20 Mei 2013


A. ABORTUS  HABITUALIS
Seorang menderita abortus habitualis , apabila ia mengalami abortus berturut-turut 3 kali atau lebih. Wanita yang mengalami peristiwa tersebut, umumnya tidak mendapat kesulitan untuk menjadi hamil, akan tetapi kahamilannya tidak dapat berlangsung terus dan terhenti sebelum waktunya, biasanya pada trimester pertama tetapi kadang-kadang pada kehamilan yang lebih tua.
B. Sebab-Sebab Abortus Habitualis
1. Kelainan pada Zigot
Agar bisa terjadi kehamilan, dan kehamilan itu dapat berlangsung terus dengan selamat, perlu adanya penyatuan antara spermatozoa yang normal dengan ovum yang normal pula.Kelainan genetik pada suami atau istri dapat menjadi sebab kalainan pada zigote dengan akibat terjadinya abortus. Dapat dikatakan bahwa kelainan kromosomal yang dapat memegang peranan dalam abortus berturut-turut, jarang terdapat. Dalam hubungan ini dianjurkan untuk menetapkan kariotipe pasangan suami-istri, apabila terjadi sedikit-sedikitnya abortus berturut-turut 3 kali, atau janin ang dilahirkan menderita cacat.
2. Malfungsi endometrium
Malfungsi endometrium yang menggangu implantasi dan menggangu mudigah dalam pertumbuhannya.Dibawah pengaruh estrogen, endometrium yang sebagian besar hilang pada waktu haid, tumbuh lagi sesudah itu, dan dipersiapkan untuk menerima dengan baik ovum yang dibuahi. Sesudah ovulasi glikogen yang terhimpun dalam sel-sel basal endometrium, memasuki sel-sel dan lumen kelenjar-kelenjar dalam endometrium, untuk kelak di bawah pengaruh alkaline fosfatase diubah menjadi glucose. Disamping zat hidrat arang tersebut, dibutuhkan pula protein, lemak, mineral, dan vitamin untuk pertumbuhan mudigah.
Faktor-faktor yang dapat mengakibatkan gangguan dalam pertumbuhan endometrium adalah
a)      kelainan hormonal
b)      gangguan nutrisi
c)      penyakit infeksi
d)     kelainan imunologik
e)      faktor psikologis
3. Kelainan anatomik pada uterus
Kelainan bawaan dapat menjadi sebab abortus habitualis, antara lain hipoplasia uteri, uterus subseptus, uterus bikornis dan sebagainya . Akan tetapi pada kelainan bawaan seperti uterus bikornis, sebagian besar kehamilan dapat berlangsung terus dengan baik. Walupun pada bortus habitualis perlu diselidiki dengan histerosalpingografi, apakah ada kelainan bawaan , perlu diperiksa pula apakah tidak ada sebab lain dari abortus habitualis, sebelum menganggap kelainan bawaan uterus tersebit sebagai sebabnya.
C. Penanganan abortus habitualis
Biasanya wanita dengan abortus habitualis datang ke dokter tidak lama setelah ia mengalami abortus untuk sekian kalinya. Jika ia belum hamil lagi, hendaknya waktu itu digunakan untuk melakukan pemeriksaan lengkap dalam usaha mencari kelainan yang mungkin menyebabkan abortus habitualis itu.
Di  samping pemeriksaan umum dengan memperhatikan gizi dan bentuk badan penderita, dilakukan pula pemeriksaan suami-isteri, antara lain pemeriksaan darah dan urin rutin, pemeriksaan golongan darah, faktor Rh, dan tes terhadap sifilis; selanjutnya pada isteri dibuat kurve harian glukose darah dan diperiksa fungsi tiroid, dan pada suami diperiksa sperma.
Perlu diselidiki pula, apakah ada kelainan anatomik, baik kelainan bawaan atau kalainan yang terjadi setelah melahirkan. Laserasi pada serviks uteri dan adanya mimoma uteri dapat ditemukan pada pemeriksaan ginekologik, sedang mioma uteri submukosum, uterus septus dan serviks uteri inkompeten dapat diketahui dengan melakukan histerografi. Kadang-kadang perlu dilakukan laparoskopi untuk mendapat gambaran yang lebih jelas tentang kelainan anatomilk pada uterus.   
 Pada hamil muda sebaiknya jangan bersenggama. Makanannyaharus adekuat mengenai protein, hidrat arang, mineral dan vitamin. Khususnya dalam masa organogenesis pemberian obat-obat harus dibatasi, dan obat-obat yang diketahui dapat mempunyai pengaruh jelek terhadap janin, dilarang. Khususnya di mana faktor emosional memegang peranan penting, pengaruh dokter sangat besar untuk mengatasi katakutan dan keresahan . 

Daptar pustaka
Prawirrohardjo Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan bina pustaka.
 FKUI. 2007.  Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

Geen opmerkings nie:

Plaas 'n opmerking