Menopause
pada wanita
A. Definisi
Menopause
adalah tidak terjadinya periode menstruasi selama 12 bulan akibat dari tidak
aktifnya folikel sel telur. Periode transisi menopause dihitung dari periode
menstruasi terakhir diikuti dengan 12 bulan periode amenorea (tidak mendapatkan
siklus haid). Menopause adalah bagian dari periode transisi perubahan masa
reproduktif ke masa tidak reproduktif. Usia rata-rata menopause berkisar 43 –
57 tahun namun tidak ada cara yang pasti untuk memprediksi kapan seorang wanita
akan memasuki masa menopause. Selain itu, faktor keturunan juga berperan
disini, seorang wanita akan mengalami menopause pada usia tidak jauh berbeda
dari ibunya.
B. Stadium Menopause
1.
Menopause prematur (menopause dini)
Kegagalan
ovarium prematur vagina adalah menopause yang terjadi sebelum usia 40 tahun.
Penyebabnya tidak diketahui namun mungkin berkaitan dengan penyakit autoimun
atau faktor keturunan. Selain itu, menopause dini dapat terjadi karena
obat-obatan atau operasi. Operasi pengangkatan indung telur (oophorectomy) akan
mengakibatkan menopause dini. Apabila dilakukan operasi pengangkatan rahim
(histerektomi) tanpa pengangkatan indung telur maka gejala menopause dini tidak
akan terjadi karena indung telur masih mampu menghasilkan hormon. Selain itu, terapi
radiasi maupun kemoterapi dapat menyebabkan menopause bila diberikan pada
Wanita yang masih berovulasi (mengeluarkan sel telur).
Wanita
yang mengalami menopause dini memiliki gejala yang sama dengan menopause pada
umumnya seperti hot flashes (perasaan hangat di seluruh tubuh yang terutama
terasa pada dada dan kepala), gangguan emosi, kekeringan pada vagina, dan
menurunnya keinginan berhubungan seksual. Wanita yang mengalami menopause dini
memiliki kejadian keropos tulang lebih besar dari mereka yang mengalami
menopause lebih lama. Kejadian ini meningkatkan angka kejadian osteoporosis dan
patah tulang.
2.
Perimenopause
Perimenopause
adalah masa dimana kondisi tubuh menyesuaikan diri dengan masa menopause yang
berkisar antara 2 – 8 tahun. Ditambah dengan 1 tahun setelah periode terakhir
menstruasi. Tidak ada cara untuk mengukur berapa lama perimenopause ini akan
terjadi. Stadium ini merupakan bagian dari kehidupan seorang wanita yang
menandakan akhir dari masa reproduksi. Penurunan fungsi indung telur selama
masa perimenopause berkaitan dengan penurunan hormon estradiol dan produksi
hormon androgen. Apabila seorang wanita masih mengalami periode menstruasi pada
masa perimenopause, meskipun tidak teratur, dia dapat tetap hamil.
Gejala-gejala
perimenopause diantaranya adalah :
a. Perubahan
di dalam periode menstruasi (memendek atau memanjang, lebih banyak atau lebih
sedikit atau tidak mendapat menstruasi sama sekali).
b. Hot
flashes.
c. Keringat
malam.
d. Kekeringan
pada vagina.
e. Gangguan tidur.
f. Perubahan
mood (depresi, mudah tersinggung).
g. Nyeri
ketika bersanggama.
h. Infeksi
saluran kemih.
i.
Inkontinensia urin (tidak mampu menahan
keluarnya air seni).
j.
Tidak berminat pada hubungan seksual.
k. Peningkatan
lemak tubuh di sekitar pinggang.
l.
Bermasalah dengan konsentrasi dan daya ingat.
Kontrasepsi oral (pil) sering
digunakan untuk pengobatan pada tahapan perimenopause meskipun wanita tersebut
tidak memerlukannya untuk tujuan kontrasepsi. Dosis rendah pil kontrasepsi
mengurangi gejala hot flashes, kekeringan pada vagina, dan sindroma
premenstruasi.
Gejala-gejala
yang normal dialami pada masa menopause dan cara menanganinya
1. Hot
flashes
Hot
flashes umum terjadi pada wanita menopause, berlangsung selama 30 detik sampai
beberapa menit, dan kadang diikuti dengan berkeringat terutama malam hari.
Lingkungan panas, makan makanan atau minuman panas atau makanan pedas, alkohol,
kafein, dan stress dapat menyebabkan terjadinya hot flashes. Modifikasi gaya
hidup, olahraga teratur, dan meredakan kecemasan dapat menurunkan gejala ini.
Hubungi dokter bila memerlukan obat-obat antidepresi atau terapi hormonal.
2. Kekeringan
pada vagina
Gejala pada vagina dikarenakan vagina yang menjadi
lebih tipis, lebih kering, dan kurang elastik berkaitan dengan turunnya kadar
hormon estrogen. Gejalanya adalah kering dan gatal pada vagina atau iritasi dan
atau nyeri saat bersenggama. Dapat menggunakan pelumas vagina yang dijual bebas
atau krim pengganti estrogen yang digunakan dengan mengusapkannya pada vagina.
Apabila terjadi perdarahan setelah menggunakan krim estrogen segera pergi ke
dokter.
3.
Gangguan tidur
Lakukan latihan fisik sekitar 30 menit per hari tapi
hindari berolahraga dekat dengan waktu tidur. Hindari alkohol, kafein, makan
dalam jumlah besar, dan bekerja tepat sebelum waktu tidur. Usahakan suhu kamar
tidur tidak terlalu panas. Hindari tidur siang dan coba untuk tidur dan bangun
pada waktu yang sama setiap harinya. Dapat dilakukan latihan relaksasi seperti
meditasi sebelum tidur.
4.
Gangguan daya ingat
Tidur dalam jumlah yang cukup dan usahakan tetap
aktif selalu.
5.
Perubahan mood
Tidur dalam jumlah yang cukup dan usahakan aktif
selalu.
6.
Penurunan keinginan berhubungan seksual
Pada beberapa kasus penyebabnya adalah faktor emosi.
Selain itu, penurunan kadar estrogen menyebabkan kekeringan pada vagina
sehingga berhubungan seksual menjadi tidak nyaman dan sakit. Konsumsi hormon
androgen dapat meningkatkan gairah seksual dan pemakaian pelumas dapat
mengurangi nyeri. Beberapa wanita mengalami perubahan gairah seksual akibat
rasa rendah diri karena perubahan pada tubuhnya. Grup konseling dapat membantu.
7.
Gangguan berkemih
Kadar estrogen yang rendah menyebabkan penipisan
jaringan kandung kemih dan saluran kemih yang berakibat penurunan kontrol dari
kandung kemih atau mudahnya terjadinya kebocoran air seni (apabila batuk,
bersin, atau tertawa) akibat lemahnya otot di sekitar kandung kemih. Hal
tersebut dapat meningkatkan risiko infeksi saluran kemih.
Hal tersebut diatasi dengan latihan panggul (pelvic
floor exercise) atau Kegel. Kontraksikan otot panggul seperti ketika sedang
mengencangkan atau menutup vagina atau membuka anus (dubur). Tahan kontraksi
dalam 3 hitungan kemudian relaksasikan. Tunggu beberapa detik dan ulangi lagi.
Lakukan latihan ini beberapa kali dalam sehari (dengan total 50 kali per hari)
maka dapat memperbaiki kontrol kandung kemih.
8.
Perubahan fisik lainnya
Distribusi lemak tubuh setelah menopause menjadi berubah,
Lemak tubuh pada umumnya terdeposit pada bagian pinggang dan perut. Selain itu
terjadi perubahan di tekstur kulit yaitu keriput dan jerawat. Sejak meopause,
badan wanita menghasilkan sedikit hormon pria testosteron yang mengakibatkan
beberapa wanita dapat mengalami pertumbuhan rambut pada bagian dagu, bagian
bawah dari hidung, dada, atau perut.
3. Postmenopause
Postmenopause
adalah masa dimana seorang wanita sudah mencapai menopause. Pada tahapan ini
seorang wanita akan rentan terhadap osteoporosis dan penyakit jantung.
C. Gangguan kesehatan
yang dapat terjadi setelah menopause
1. Osteoporosis.
Hormon
estrogen yang dihasilkan oleh indung telur membantu mengontrol regenerasi
(pertumbuhan dan perbaikan) tulang. Pada masa menopause, hormon estrogen
menurun produksinya sehingga menyebabkab tulang menjadi mudah keropos. Tulang
menjadi lemah dan mudah patah. Kondisi ini disebut osteoporosis.
Tatalaksana
dari osteoporosis adalah pencegahan terjadinya patah tulang dengan cara
memperlambat hilangnya sel-sel tulang dan meningkatkan densitas serta kekuatan
tulang. Diantaranya adalah perubahan gaya hidup termasuk berhenti merokok,
minum minuman alkohol, berolahraga teratur, dan mengkonsumsi makanan bernutrisi
seimbang dengan kalsium dan vitamin D yang adekuat. Obat-obatan yang dapat
menghentikan kehilangan sel-sel tulang dan meningkatkan kekuatan tulang dapat
didiskusikan dengan dokter anda.
2. Penyakit jantung
Perubahan
kadar estrogen dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah dan berat badan yang
mengakibatkan peningkatan risiko untuk penyakit jantung dan pembuluh darah.
D.
Terapi
Menopause
sendiri adalah bagian yang normal dari perjalanan hidup seorang wanita dan
bukan merupakan penyakit yang perlu diterapi. Bagaimanapun juga, terapi
dimungkinkan apabila gejala dari menopause mengganggu atau bertambah parah.
1.
Modifikasi gaya hidup
Modifikasi
gaya hidup dapat mengurangi ketidaknyamanan yang dialami akibat gejala yang
terjadi dan membuat tubuh terasa lebih sehat. Modifikasi gaya hidup yang
disarankan adalah
a. Nutrisi
yang cukup peningkatan risiko osteoporosis dan penyakit jantung meningkat pada
saat menopause, karena itu diet yang sehat dengan mengkonsumsi makanan rendah
lemak dan kaya serat seperti buah-buahan, sayuran, dan roti gandum sangat
dianjurkan. Tambahkan makanan yang kaya akan kandungan kalsium atau tambahkan
suplemen kalsium. Hindari alcohol dan kafein yang dapat memicu terjadinya hot
flashes. Bila merokok, usahakan untuk berhenti.
b. Olahraga
teratur aktivitas fisik yang teratur
membantu untuk menurunkan berat badan,memperbaiki kualitas tidur, menguatkan
tulang, dan meningkatkan mood. Jalan cepat, aerobic low impact, dan menari
adalah contoh olahraga yang dapat menguatkan tulang. Cobalah berolahraga dengan
intensitas sedang sekitar 30 menit per hari.
c. Mengurangi
stress berlatihlah secara teratur cara untuk mengurangi stress. Meditasi atau
yoga dapat membantu untuk relaksasi dan menyesuaikan diri dengan gejala yang
dialami pada periode peralihan.
d. Hormonal
Selama fase perimenopause, beberapa dokter
menyarankan untuk menggunakan pil kontrasepsi untuk mengurangi gejala yang
terjadi. Ketika masuk ke dalam fase menopause, apabila gejala-gejala tersebut
semakin mengganggu maka dapat disarankan untuk terapi hormonal menggunakan
hormon estrogen dan progesterone bila masih memiliki rahim atau hormone
estrogen bila sudah tidak memiliki rahim. Terapi hormonal ini dapat mengurangi
gejala yang terjadi di masa menopause dan mencegah keroposnya tulang.
Terapi hormonal tersedia dalam berbagai
macam bentuk, diantaranya adalah tablet atau patch yang ditempelkan ke kulit,
Hormon Replacement Therapy (HRT), dan terapi hormonal lokal (vagina). Terapi
hormonal dapat mengandung estrogen saja, progesterone saja, testosterone saja,
atau kombinasi estrogen-progesteron. Terapi hormonal efektif untuk mengurangi
gejala hot flashes dan kekeringan pada vagina. Bagaimanapun juga, terapi
hormonal tidak dapat memperbaiki mood maupun gangguan tidur dalam waktu singkat
apabila sumber masalahnya tidak diatasi terlebih dahulu. Terapi hormonal
dilakukan dalam waktu 6 bulan sampai 1 tahun untuk mengurangi hot flashes.
Terapi hormonal diketahui dapat
meningkatkan risiko kanker payudara. Risiko tersebut meningkat dengan semakin
lama pemakaian Hormon Replacement Therapy (HRT) dan dapat dideteksi dalam 1 – 2
tahun pemakaian terapi hormonal. Risiko tersebut menurun ketika terapi hormonal
dihentikan dan membutuhkan waktu sekitar 5 tahun untuk penurunan risiko kembali
seperti semula. Terapi hormonal kombinasi juga dikatakan dapat meningkatkan
risiko serangan jantung dan stroke. Terapi hormonal dengan menggunakan estrogen
saja berkaitan dengan peningkatan risiko kanker endometrium.
Wanita
yang tidak disarankan untuk terapi hormonal adalah wanita yang:
a. Memiliki
masalah dengan perdarahan vagina.
b. Memiliki
kanker (payudara atau rahim).
c. Riwayat
stroke atau serangan jantung.
d. Riwayat
penggumpalan darah.
e. Memiliki
sakit liver (sakit hati).
Efek
samping dari terapi hormonal adalah :
a. Perdarahan
vagina.
b. Rasa
penuh di perut.
c. Nyeri
, keras, dan pembesaran pada payudara.
d. Sakit
kepala.
e. Perubahan
mood.
f. Mual.
DAFTAR PUSTAKA
Widyastuti Yani. dkk.
2009. Kesehatan Reproduksi.
Yogyakarta: Fitramaya.
Manuaba, Ida Bagus Gde.
1999. Memahami Kesehatan Reproduksi
Wanita. Jakarta: Arcan
Hurlock, Elizabeth B.
1999. Psikologi Perkembangan Suatu
Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta
: Erlangga
DAFTAR PUSTAKA
Widyastuti Yani. dkk.
2009. Kesehatan Reproduksi.
Yogyakarta: Fitramaya.
Manuaba, Ida Bagus Gde.
1999. Memahami Kesehatan Reproduksi
Wanita. Jakarta: Arcan
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking